Bangga Indonesia, Pacet-Mojokerto – Perjalanan kali ini membawa perasaan berbeda. Melewati beberapa kota yang berbeda pula. Baik dari suasana maupun infrastrukturnya.
Dimulai dari Surabaya, Kota Metropolitan yang berjulang gedung pencakar langit. Lanjut ke kota Sidoarjo yang sudah mulai berkurang unsur kekotaannya.
Sehingga banyak sawah berada di sekitar pemukiman. Lalu lanjut perjalanan ke Pacet, Mojokerto.
Di sini sudah terasa sangat berbeda. Hamparan sawah, jalan menanjak, pemandangan gunung yang semakin dekat.
Awal perjalanan saja sudah terasa hati ini sejuk. Dari yang tadi di Surabaya panasnya tidak terkira.
Setelah beberapa saat sampailah kami di Pesantren Al Firdaus. Tempat pelatihan Super Camp For Teen 2021.
Tidak lama sesampai di markas boarding school itu, acara dibuka oleh Prof DR HM Roem Rowi MA. Pembina pesantren yang dihuni santri putra SMP itu.
Usai dibuka Prof Roem Rowi, acara kemudian dilanjutkan materi pertama oleh Dr N Faqih Syarif MSi. Inti materinya tentang diri kita yang spesial.
Beliau membangunkan pemikiran kita bahwa diri ini adalah hal yang unik, langka dan khas. Saya merasa tiba-tiba ada hal beda yang masuk ke diri saya.
Berpikir hal itu, orang itu, barang itu, suatu yang spesial. Ternyata hal spesial itu ada dalam diri kita.
Yak diri kita sendiri adalah hal yang unik, langka dan khas. Baru permulaan saja hal yang saya dapat sangat berharga, saya tidak sabar mengikuti semua sesi acara ini.
Waktu sudah menunjukkan waktu shalat maghrib, maka kami beristirahat hingga pukul 19.30.
Setelah kenyang dengan kudapan malam, kami bersiap mengikuti sesi selanjutnya, yang diisi oleh Cak Amu. Nama aslinya Abdul Muis.
Kami belajar tentang cara menulis tulisan dengan baik. Mantan wartawan senior Jawa Pos ini menyebut keterampilan menulis akan berguna sepanjang hayat.
Semua orang pasti menulis. Sehingga jangan sampai ikut pelatihan ini hasilnya tidak bisa menulis.
Setelah kami kenyang dengan teknik menulis kami lanjut ke acara paling seru, tebak apa? Ya tidur malam….
Setelah seharian beraktifitas badan kami terasa lelah. Esok harinya kegiatan dimulai jam 3 pagi. Sehingga kami harus segera beristirahat.
Kami istirahat dengan nyenyak hingga sebelum pukul 3. Kami diminta harus tidur pukul 21.15 oleh ustadz pembimbing.
Namun ada saja teman yang bilang belum ngantuk. Sehingga masih ngobrol ngobrol. Ada juga yang makan jajan, tapi pukul 22.00 WIB semua sudah tidur.
“Bangun. Bangun,” gugah ustadz pembimbing. Jam sudah menunjukkan pukul 03.00. Waktunya sesi selanjutnya.
Kami berkumpul di lapangan tengah. Sesi ini kita belajar tentang “Beri Tanda di Alam Semesta.”
Dr. Faqih selaku pemateri menyuruh peserta untuk mengambil bibit tanaman dan menanamnya.
Karena kami bentuknya tim, maka setiap tim disuruh menanam 3 bibit tanaman. Semua tim berhasil melakukannya.
Pemateri menyuruh melakukan hal ini karena itu persamaan dari manusia sebagai makhluk yang diberi akal oleh Allah dan nikmatnya. Maka kita harus semaksimal mungkin menggunakannya.
Dengan membuat tanda di alam yang dipersamakan dengan pohon yang akan berguna di masa depan. Maka tanda yang kita tinggalkan akan berguna bagi generasi setelah kita.
Waktu tahajud sudah mau habis, maka materi diselesaikan dan kami beranjak untuk menunaikan shalat tahajud dan shalat subuh.
Pada pagi hari kami melakukan senam dengan memahami filosofi dari sinar matahari. Setelah itu kami berbersih diri dan melanjutkan sarapan.
Di akhir sesi ada penutupan yang berisi penguatan jiwa untuk menjadikan impian menjadi kenyataan.
Batu kecil bisa menjadi lompatan yang besar. Mengikuti pelatihan ini, menyadarkan keahlian kita dan memaksimalkannya bisa menjadi batu lompatan itu, yang bisa melompatkan impian kita menuju masa depan yang cerah.
Penulis: Akbar (Peserta Super Camp For Teen Al Firdaus 2021)