Bangga Indonesia (Jakarta) – Perjalanan panjang seorang Goweser bernama Samsu Hadi sudah menembus Kota Kembang Bandung. Pria kelahiran Surabaya ini merayakan hari kelahirannya yang ke-56 dikaitkan dengan peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-76. Ia “mancal” sepeda alias Gowes Surabaya-Jakarta Pulang Pergi sejauh 1,785.5 Km.
Berangkatnya diawali dari Tugu Pahlawan Surabaya, tepatnya di Jalan Pahlawan di depan Kantor Gubernur Jawa Timur, Samsu Hadi yang karib disapa Cak Po ini dilepas rekan-rekan komunitas sepeda di Surabaya. Persis setelah upacara pengibaran bendera Merah Putih di monumen Tugu Pahlawan, 17 Agustus pagi.
Tidak ada kendala yang berarti selama perjalanan menuju Jakarta. Cak Po berhasil mencapai target pertama di Tugu Monumen Nasional (Monas) sesuai jadwal, Sabtu (21/08/2021) petang. “Alhamdulillah saya masih sehat dan segar bugar,” jawab Cak Po.
Sesampai di Jakarta, alumni SMPP Negeri Surabaya angkatan 1983 itu, tidak langsung “mancal” lagi dari Monas. Mantan pegawai PDAM Surabaya ini masih harus menghemat stamina bermalam di ibukota.
Baru keesokan harinya, ia meninggalkan Jakarta untuk meneruskan sisa perjalanan kembali ke kota kelahirannya. Adalah Rektor Universitas Krisna Dwipayana (UNKRIS) kolega yang sekaligus teman sekolahnya, Dr Ayub Muktiono MSip CIQar, yang melepas keberangkatnya kembali ke Surabaya dari halaman rektorat, Senin (24/08/2021).
Dengan spanduk khas yang dibawanya dari Surabaya, Cak Po dilepas Rektor UNKRIS didampingi Wakil Rektor (Warek) 2 Dr Suwanda dan Ketua Lembaga Pengembangan Kreativitas dan Kebangsaan, Dr Susetya Herawati.
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Surabaya, Cak Po singgah di Bandung dan akan melintas jalur selatan menuju Jogjakarta. “Ini sebuah keberanian dan perjuangan seorang Goweser yang patut diapresiasi,” ujar Rektor UNKRIS, yang akrab disapa Ayub kepada media ini.
Pertemuannya dengan sesama alumni semasa di SMP Negeri 6 Surabaya dan SMPP Negeri Surabaya, diakui Ayub tak bisa dipisahkan dengan jarak dan waktu. “Persahabatan itu bagai kepompong ,” ujarnya seraya mengutip judul sebuah drama remaja.
Dan, sebuah persahatan itulah telah ia buktikan ketika dirinya mampu meraih puncak prestasinya sebagai rektor, sedangkan rekannya kini hanya seorang pensiunan. Karena itu, Ayub tetap menganggap kunjungan Cak Po sebagai penghormatan yang tak ternilai.
“Ini sebuah kehormatan bagi saya. Sahabat lama datang untuk bersilaturahim ke kampus dengan naik sepeda. Selain untuk memperingati hari kelahirannya, juga untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Luarbiasa. Salut buat Cak Po,” puji Ayub saat menjamu sahabatnya di ruang tamu rektor.
Kehadiran Cak Poo di Rektorat UNKRIS, diakuinya bisa memotivasi para mahasiswa. Terutama semangatnya. “Dalam situasi saat ini, optimisme dan terus berkarya sesuai hobi, itu sangat penting. Minimal bisa miningkatkan imun,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini Ayub juga meminta Ketua LPKK untuk mendorang mahasiswa jangan sampai lembek. Jangan patah semangat dan jangan beralasan untuk malas di situasi Pandemi COVID-19.
“Kreativitas dan inovasi itu harus terus dibangun. Bersepeda dengan jarak yang cukup jauh dengan usia yang tidak muda, menjadi satu semangat yang dapat digelorakan pada para mahasiswa. Mencintai negara bangsa juga dapat dilakukan melalui hobinya,” ujarnya.
Bersepeda dengan jarak yang jauh, menurut dia, membutuhkan mental yang tangguh. Stamina yang harus prima. Pengendalian emosi yang harus bagus. “Serta menyadari adanya tantangan, hambatan dan gangguan di perjalanan. Filosofi hidup ada di bersepda ini,” lanjut Ayub.
Hal itu, menurut dia, sudah menjadi satu karakter yang sangat baik untuk dikembangkan di UNKRIS kepada para mahasiswa. Sehingga mahasiswa bisa menjadi pribadi yang tangguh.
“Ini sangat penting untuk program Lembaga Pengembangan Kreativitas dan Kebangsaan (LPKK) untuk menumbuhkan nilai nilai tersebut dalam implementasi program program LPKK. Diantaranya adalah kewirausahaan, karakter dan kebangsaan,” tutup Ayub.
Posisi Cak Po sendiri hingga Rabu (25/08/2021) sudah sampai Bandung. Pesepeda yang juga pengurus Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI) Jawa Timur ini memang penghobi Gowes. Sejak remaja dia sudah menyukai olahraga “mancal pedal” ini.
Selain untuk menjaga kesehatan, Cak Po mengaku ada sensasi tersendiri, jika harus mengayuh jarak jauh, dan naik turun di perjalanan panjangnya. Hal ini sama dengan problematika hidup yang dialami.
“Kenikmatan hidup ini susah diceritakan. Tapi harus dinikmati dan disyukuri, Perputarannya bagai roda ini,” ujarnya sebelum melakukan perjalanan Gowes berhari-hari itu.
Cak Po menyebut di usianya yang sudah masuk ke-56 perlu melakukan perjalanan bersepeda yang sangat jauh untuk memaknai Kemerdekaan RI di situasi pandemi akibat COVID- 19. “Kita harus tetap optimis dan ini cara saya,” jelas Cak Poo.
Selama menjadi pegawai PDAM Surabaya, ia mengaku pernah ditugasi oleh Wali Kota Tri Risma membina anak jalanan dalam program (LIPONSOS) pada 2013. Saat itu, dia sebagai pembina Club TOP 1.
Tugas Cak Po memberikan perhatian para gelandangan, termasuk anak-anak gelandangan yang jualaan di persimpangan jalan, pengemis, pengamen juga orang dengan gangguan jiwa supaya tidak berkeliaran di jalanan.
Ia turut melakukan pembinaan yang dilakukan secara bervariasi dengan melihat minat orang-orang dengan kesejahteraan rendah tersebut. “Oleh Bu Risma nama organisasi itu diganti KAN (Kampung Anak Negeri). Fokusnya pada anak-anak dengan pembinaan yang tepat. Anak-anak tersebut akan memiliki masa depan yang lebih baik,” cerita Cak Po saat di hadapan pejabat Rektorat UNKRIS.
Cak Poo sendiri tidak pernah menargetkan juara dalam bersepeda. Ini karena memang ini cara nya untuk menikmati hidup dengan penuh syukur. “Saya kan bukan atlit bersepeda. Saya hanya ingin lebih bisa dekat kepadaNya dengan menyukuri seluruh ciptaanNya dengan bersepeda,” tutup Cak Po. (Abdul Muis)