Bangga Indonesia, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mendorong perguruan tinggi dari bidang ekonomi dan keuangan syariah membekali lulusannya dengan kompetensi teknis agar memiliki daya saing dan memenuhi kebutuhan pasar di sektor industri keuangan syariah.
“Faktanya, sumber daya insani yang bekerja di sektor industri keuangan syariah, 90 persen bukan berasal dari lulusan ekonomi Islam dan keuangan syariah,” katanya dalam simposium virtual Sharia Business and Academic Synergy di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, industri memiliki perspektif yang murah dan mudah untuk mendidik sumber daya manusia yang tersedia di pasar tenaga kerja dan memiliki kompetensi teknis, tinggal dilatih dengan pengetahuan syariah.
Ia melanjutkan industri tidak merekrut lulusan ekonomi syariah yang tidak memiliki kompetensi teknis.
Bahkan, lanjut dia, tidak sedikit SDM yang direkrut untuk memenuhi kebutuhan industri ekonomi dan keuangan syariah dari lembaga keuangan konvensional karena mereka sudah memahami pasar, industri dan konsumer serta memiliki pengalaman.
“Permasalahan ini menyebabkan banyak lulusan program studi ekonomi Islam atau ekonomi keuangan syariah yang tidak bisa masuk dalam industri syariah,” imbuh Sri Mulyani yang juga Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Indonesia (IAEI) itu.
Tak hanya soal kompetensi, kata dia, dualisme kebijakan perguruan tinggi di bawah Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menambah kerumitan dalam menyelesaikan isu miss and match SDM bidang ekonomi dan keuangan syariah.
Indonesia, lanjut dia, memiliki sejumlah program studi dari sekolah tinggi yang khusus mengembangkan sektor ekonomi dan keuangan syariah dengan jumlah program studi pada level strata satu (sarjana) mencapai sekitar 800 di seluruh Indonesia, belum termasuk pascasarjana dan doktoral.
Jika perguruan tinggi meluluskan 50 orang sarjana bidang ekonomi dan keuangan syariah, maka per tahun lulusannya bisa mencapai sekitar 40 ribu orang.
“Tapi jumlah besar ini menimbulkan masalah karena terjadi miss and match antara kebutuan industri dan pasar (demand side) dengan kualitas sumber daya atau (supply side),” imbuhnya.( Ant )