Bangga Indonesia, Surabaya – Pentingnya Digital Parenting di Era Milenial
Kementerian Kominfo bekerjasama dengan Komnas Pendidikan Jawa Timur menghadirkan webinar Literasi Digital Nasional di 14 Kota di Jawa Timur sebagai upaya menjadikan agar masyarakat #MakinCakapDigital dengan mengundang para narasumber baik tingkat Nasional dan local yang berkompeten di bidangnya.
Sobat. Mayoritas orangtua dari generasi milenial, usia 20-35 tahunan, sebetulnya tidak asing lagi dengan internet dan perangkat digital.
Pada era digital saat ini hampir seluruh urusan tidak terlepas dari peran teknologi dan informasi, termasuk dalam pola pengasuhan anak-anak yang mayoritas lahir di era milenial.
Dari situlah muncul istilah digital parenting yang merupakan model pola pengasuhan anak disesuaikan dengan kebiasaan anak yang akrab dengan perangkat digital.
Prinsip Digital parenting adalah menanamkan sikap bijak dan etis dalam berperilaku di internet serta tetap menerapkan aturan agar anak tidak sampai kelewat batas.
Dikutip dari Sahabat Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), berikut 5 peran orangtua dalam membimbing anak menggunakan perangkat digital:
- Kritisi Biasakan kritis pada konten digital apa saja. Pastikan konten atau aplikasi yang akan diakses oleh anak benar-benar aman.
- Diskusi Jangan hanya melarang, cobalah untuk mendiskusikan secara sederhana dan berikan pengertian tentang batas kebutuhan penggunaan perangkat digital anak.
- Batasi. Batasi kapan, di manadan konten atau teknologi apa yang boleh dan tidak boleh diakses oleh anak.
- Patuhi. Sepakati aturan penggunaan dan konsisten dengan kesepakatan tersebut.
- Nikmati. Orangtua perlu sering untuk menikmati perangkat digital bersama anak untuk dapat menemukan manfaatnya.
Sobat. Cara orangtua mendidik anak menjadi salah satu hal yang paling krusial bagi masa depan anak nanti. Dewasa ini, perkembangan teknologi yang menjadikan segala aspek menjadi digital telah merubah standarisasi cara didik orang tua untuk menjauhkan anak-anak mereka dari berbagai hal berbahaya. Lantas, apa saja perbedaan metode mendidik anak konvensional dengan mendidik anak di era digital?
- Apa itu parenting?
Apa perbedaan digital parenting dengan parenting biasa?
Segala hal yang dilakukan oleh orangtua demi keselamatan dan memenuhi kebutuhan anak bisa juga disebut sebagai parenting. Parenting sendiri terdiri dari beberapa jenis, mulai dari authoritarian, authoritative, permissive, dan uninvolved.
Authoritarian merupakan jenis orangtua yang menetapkan berbagai aturan dan jika dilanggar, akan ada konsekuensi serius. Mereka memiliki pemikiran yang sulit diubah sehingga minim terjadinya kompromi terhadap aturan yang telah dibuat. Opini anak tidak terlalu diperhitungkan, dan kebenaran seolah hanya ada pada aturan yang telah mereka buat.
Mirip dengan Authoritarian, cara mendidik gaya authoritative tetap menjadikan peran orangtua sebagai pembuat aturan dan tetap akan ada konsekuensinya jika peraturan dilanggar. Bedanya, gaya didik ini masih mendengarkan opini anak dan aturan masih bisa diubah sesuai dengan situasi.
Dalam permissive parenting, orangtua memiliki hubungan yang akrab dengan anak-anak mereka dan aturan-aturan yang berlaku akan terbuat sendiri secara natural seiring dengan pertumbuhan anak.
Berbeda dengan uninvolved parenting dimana orangtua tidak terlibat sama sekali terhadap aktivitas anak baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Masing-masing gaya didik orangtua yang bervariasi ini memiliki sisi negatif dan positif, dan semua orang tua memiliki cara mereka sendiri untuk mendidik anak mereka sesuai dengan watak anak-anak mereka sendiri.
- Apa perbedannya dengan digital parenting?
Teknologi dapat menjadi tempat berbahaya bagi anak.
Sobat. Pada dasarnya, digital parenting tujuannya sama-sama ingin menjaga anak dari berbagai bahaya, namun bahaya yang timbul dari kancah digital.
Karena teknologi yang tidak bisa dibendung efek negatifnya, maka orangtua diharapkan mampu memberikan perhatian lebih dalam mengajarkan anak untuk bisa menggunakan teknologi dengan semaksimal mungkin, dengan dampak negatif seminimal mungkin.
- Etika sosial seiring dengan perkembangan teknologi
Sobat. Tidak hanya etika menggunaka internet, orang tua juga harus membekali bagaimana etika anak dalam berperilaku di dunia nyata setelah kehadiran teknologi yang mendominasi kehidupan orang sehari-hari.
Hal ini termasuk bagaimana seharusnya anak membatasi penggunaan gadget agar bisa lebih menghargai lawan bicaranya di dunia nyata.
Sobat. Orang tua harus menjelaskan kepada anak mereka bahwa ketika berinteraksi dengan orang lain, tidak seharusnya mereka terus melihat ponsel pintar mereka atau tetap menggunakan headset ketika berbicara.
Sama seperti tindakan terus-terusan melihat jam ketika sedang berbicara dengan orang lain, tindakan ini dapat memberikan kesan negatif dan seolah kurang menghargai lawan bicara, meskipun terkadang sang anak tidak bermaksud demikian.
Sama halnya dengan media sosial, orangtua harus memperhatikan bahwa tidak semua orang nyaman dengan tindakan generasi muda yang selalu merekam segala tindakan yang mereka lakukan demi terlihat eksis di media sosial. Tidak semua orang menyukai hal tersebut, dan itu memang hak mereka untuk menjaga privasi diri masing-masing.
- Hargai privasi anak
Semua orang berhak memiliki privasi.
Sobat. Masih berbicara tentang privasi, gadget seolah menjadi benda sakral yang mengandung berbagai informasi personal seseorang di zaman ini. Lantas, demi menjaga anak dari hal-hal yang tidak diinginkan, apakah wajar orang tua mengecek gadget anak?
Semua orang berhak memiliki privasi, termasuk anak. Setiap orang dari segala umur membutuhkan kebebasan untuk berpikir tanpa ada rasa takut diserang atau dilarang. Sebagai orang tua, coba bayangkan rasanya jika buku diari kita dibaca oleh orang tua kita, atau ketika sejarah laman pencarian kita ditinjau orang tua kita, apakah kalian akan merasa risih?
Orang tua tidak memiliki kepemilikan atas anak mereka, orangtua hanya memiliki tanggungjawab yang sangat besar dalam mendidik dan membentuk anak mereka di usia dini.
Orang tua harus menciptakan hubungan saling percaya yang berfondasikan cinta serta hormat antara orang tua dan anak sehingga kedua pihak merasa nyaman dan terbuka satu sama lain.
- Jangan sampai teknologi mengikis keharmonisan keluarga
Jangan sampai teknologi memperjauh yang dekat.
Sobat. Di zaman sekarang, tidak jarang kita melihat keluarga yang duduk dan bekumpul bersama, namun masing-masing anggota keluarga terpaku pada gadget mereka. Apakah kemajuan peradaban yang pesat telah mengikis kehangatan serta komunikasi antar keluarga?
Sobat. Ketimbang mendengarkan orang tua, anak cenderung meniru orangtuanya. Ini menjadi tantangan baru bagi orangtua untuk bisa menjadi teladan yang baik bagi anak dengan kemampuan mengontrol diri dan membuat manajemen waktu dalam bermain gadget.
Yuk Kita Ikuti Literasi Digital Nasional jadikan Indonesia #MakinCakapDigital
( Spiritual Motivator – DR Nasrul Syarif M.Si Narasumber Nasional Literasi Digital, Penulis dan Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Kediri. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )