Bangga Indonesia, Ngawi – Para perajin tas anyaman yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Abadi di Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur tetap bertahan di masa pandemi COVID-19 dengan terus berkreasi mengikuti permintaan pasar.
Salah satu anggota Kube setempat, Sutinah mengatakan dulunya kelompoknya hanya memproduksi tas anyaman saja, namun kini mulai berkreasi membuat dompet hingga tempat tisu dan lainnya sesuai kebutuhan konsumen.
“Untuk tetap bertahan ya harus mengikuti tren. Saat ini tren motifnya itu apa, bentuk yang disukai apa, biar laku,” ujar Sutinah di Ngawi, Sabtu.
Sejak pandemi COVID-19, memang ada penurunan pesanan tas anyaman di tempat usahanya. Namun, pihaknya bersyukur karena kelompok usahanya bisa bertahan hingga saat ini.
Biasanya, tas anyaman buatan para perajin yang kebanyakan adalah ibu rumah tangga tersebut dipakai untuk souvenir orang hajatan atau selamatan, baik di wilayah Ngawi maupun luar kota.
Selama pandemi, permintaan turun karena tidak ada yang menggelar hajatan. Saat banyak pesanan, satu perajin mampu membuat delapan hingga sepuluh tas anyaman dalam sehari. Kini di masa pandemi turun hingga setengahnya.
Selain mengikuti tren, para perajin juga gencar memasarkan tas dan produk anyamaan lainnya melalui daring. Hal itu karena untuk memasarkan secara langsung harus mematuhi protokol kesehatan dan ada pembatasan mobilitas masyarakat.
Beruntung pemasaran secara daring tergolong lancar dengan pemesanan dari sejumlah wilayah di sekitar Ngawi bahkan beberapa kota di Jawa dan luar Jawa.
Para perajin berharap pandemi segera berakhir, sehingga permintaan tas anyaman dan produk anyaman lainnya kembali normal.