Kamis, 26 Desember 2024

Rektor UGM Berharap BRIN Miliki Koordinasi Baik Untuk Riset – Inovasi

Bangga Indonesia, Jakarta – Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono berharap Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong koordinasi baik untuk riset dan inovasi.

“Karena BRIN nanti lebih banyak ke operasional dan koordinasi dengan lembaga atau badan serta lembaga litbang (penelitian dan pengembangan) yang lain, harus segera menyusun sebuah program untuk membuat koordinasi yang baik, sehingga pelaksanaan penelitian dan inovasi, riset dan inovasi antar-kementerian menjadi lebih terarah, fokus dan dana-dana yang sebelumnya tersebar di berbagai kementerian,” kata Panut saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Pada 28 April 2021, Presiden RI Joko Widodo melantik Laksana Tri Handoko menjadi Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Laksana Tri Handoko sebelumnya merupakan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Selain memastikan koordinasi baik lintas lembaga penelitian dan pengembangan, Panut berharap BRIN akan memperoleh pendanaan yang besar, karena harus mendorong hasil riset sampai pada hilirisasi hingga produk riset bisa menjadi barang komersial dengan daya saing tinggi.

“BRIN itu lebih ke bagaimana mengkoordinasikan riset-riset yang ada di Indonesia itu nantinya sampai pada produk-produk yang terhilirkan, produk-produk komersial menjadi barang-barang yang bisa dipasarkan,” ujarnya.

Menurut Panut, pendanaan yang memadai adalah penting, karena BRIN merupakan suatu badan bukan kementerian, maka anggaran yang dimiliki tentu tidak sama dengan kementerian. Dana tersebut terkait sejauh mana bisa dialokasikan untuk mendukung keberhasilan riset.

“Jadi, riset itu berhasil kalau pendanaannya cukup dan tentu tidak hanya dananya, tapi organisasi pengelolaan juga sangat penting,” ujarnya.

Menurut Panut, harus ada harmonisasi yang baik antara BRIN dengan perguruan tinggi, karena bagaimanapun riset-riset yang biasanya berkelanjutan dan ide-ide baru yang berkembang ada di perguruan tinggi, karena sumber dayanya yakni mahasiswa selalu ada setiap tahun, termasuk mahasiswa S2 dan S3.

Oleh karena itu, harmonisasi dan koordinasi itu harus tercipta dengan baik agar hubungan antara perguruan tinggi yang secara struktural ada di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dengan BRIN yang juga mengurusi riset dan inovasi dapat terkoneksi dengan baik, karena akan berpengaruh pada upaya pemajuan riset dan inovasi Tanah Air.

Panut berharap tidak ada tumpang tindih dan alur komando yang tidak baik, karena pasti akan mempengaruhi hasil. “Harapan saya struktur organisasi itu betul-betul memberikan alur komando yang bagus dan tidak tumpang tindih,” tuturnya.

Sementara itu, Guru Besar UGM Yudi Utomo berharap melalui kepemimpinan Laksana Tri Handoko di BRIN, penelitian yang inovatif dan kreatif di bidang teknologi mendapat porsi yang layak di Tanah Air.

Menurut dia, tantangan yang harus diatasi BRIN ke depan untuk membawa ekosistem riset Tanah Air menjadi lebih maju, yakni memberikan kepercayaan yang tinggi kepada para peneliti yang kompeten di bidangnya, dan kemudahan birokrasi dalam anggaran penelitian.(ant)

Bangga Indonesia, Jakarta – Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono berharap Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong koordinasi baik untuk riset dan inovasi.

“Karena BRIN nanti lebih banyak ke operasional dan koordinasi dengan lembaga atau badan serta lembaga litbang (penelitian dan pengembangan) yang lain, harus segera menyusun sebuah program untuk membuat koordinasi yang baik, sehingga pelaksanaan penelitian dan inovasi, riset dan inovasi antar-kementerian menjadi lebih terarah, fokus dan dana-dana yang sebelumnya tersebar di berbagai kementerian,” kata Panut saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Pada 28 April 2021, Presiden RI Joko Widodo melantik Laksana Tri Handoko menjadi Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Laksana Tri Handoko sebelumnya merupakan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Selain memastikan koordinasi baik lintas lembaga penelitian dan pengembangan, Panut berharap BRIN akan memperoleh pendanaan yang besar, karena harus mendorong hasil riset sampai pada hilirisasi hingga produk riset bisa menjadi barang komersial dengan daya saing tinggi.

“BRIN itu lebih ke bagaimana mengkoordinasikan riset-riset yang ada di Indonesia itu nantinya sampai pada produk-produk yang terhilirkan, produk-produk komersial menjadi barang-barang yang bisa dipasarkan,” ujarnya.

Menurut Panut, pendanaan yang memadai adalah penting, karena BRIN merupakan suatu badan bukan kementerian, maka anggaran yang dimiliki tentu tidak sama dengan kementerian. Dana tersebut terkait sejauh mana bisa dialokasikan untuk mendukung keberhasilan riset.

“Jadi, riset itu berhasil kalau pendanaannya cukup dan tentu tidak hanya dananya, tapi organisasi pengelolaan juga sangat penting,” ujarnya.

Menurut Panut, harus ada harmonisasi yang baik antara BRIN dengan perguruan tinggi, karena bagaimanapun riset-riset yang biasanya berkelanjutan dan ide-ide baru yang berkembang ada di perguruan tinggi, karena sumber dayanya yakni mahasiswa selalu ada setiap tahun, termasuk mahasiswa S2 dan S3.

Oleh karena itu, harmonisasi dan koordinasi itu harus tercipta dengan baik agar hubungan antara perguruan tinggi yang secara struktural ada di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dengan BRIN yang juga mengurusi riset dan inovasi dapat terkoneksi dengan baik, karena akan berpengaruh pada upaya pemajuan riset dan inovasi Tanah Air.

Panut berharap tidak ada tumpang tindih dan alur komando yang tidak baik, karena pasti akan mempengaruhi hasil. “Harapan saya struktur organisasi itu betul-betul memberikan alur komando yang bagus dan tidak tumpang tindih,” tuturnya.

Sementara itu, Guru Besar UGM Yudi Utomo berharap melalui kepemimpinan Laksana Tri Handoko di BRIN, penelitian yang inovatif dan kreatif di bidang teknologi mendapat porsi yang layak di Tanah Air.

Menurut dia, tantangan yang harus diatasi BRIN ke depan untuk membawa ekosistem riset Tanah Air menjadi lebih maju, yakni memberikan kepercayaan yang tinggi kepada para peneliti yang kompeten di bidangnya, dan kemudahan birokrasi dalam anggaran penelitian.(ant)

Bangga Indonesia, Jakarta – Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono berharap Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong koordinasi baik untuk riset dan inovasi.

“Karena BRIN nanti lebih banyak ke operasional dan koordinasi dengan lembaga atau badan serta lembaga litbang (penelitian dan pengembangan) yang lain, harus segera menyusun sebuah program untuk membuat koordinasi yang baik, sehingga pelaksanaan penelitian dan inovasi, riset dan inovasi antar-kementerian menjadi lebih terarah, fokus dan dana-dana yang sebelumnya tersebar di berbagai kementerian,” kata Panut saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Pada 28 April 2021, Presiden RI Joko Widodo melantik Laksana Tri Handoko menjadi Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Laksana Tri Handoko sebelumnya merupakan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Selain memastikan koordinasi baik lintas lembaga penelitian dan pengembangan, Panut berharap BRIN akan memperoleh pendanaan yang besar, karena harus mendorong hasil riset sampai pada hilirisasi hingga produk riset bisa menjadi barang komersial dengan daya saing tinggi.

“BRIN itu lebih ke bagaimana mengkoordinasikan riset-riset yang ada di Indonesia itu nantinya sampai pada produk-produk yang terhilirkan, produk-produk komersial menjadi barang-barang yang bisa dipasarkan,” ujarnya.

Menurut Panut, pendanaan yang memadai adalah penting, karena BRIN merupakan suatu badan bukan kementerian, maka anggaran yang dimiliki tentu tidak sama dengan kementerian. Dana tersebut terkait sejauh mana bisa dialokasikan untuk mendukung keberhasilan riset.

“Jadi, riset itu berhasil kalau pendanaannya cukup dan tentu tidak hanya dananya, tapi organisasi pengelolaan juga sangat penting,” ujarnya.

Menurut Panut, harus ada harmonisasi yang baik antara BRIN dengan perguruan tinggi, karena bagaimanapun riset-riset yang biasanya berkelanjutan dan ide-ide baru yang berkembang ada di perguruan tinggi, karena sumber dayanya yakni mahasiswa selalu ada setiap tahun, termasuk mahasiswa S2 dan S3.

Oleh karena itu, harmonisasi dan koordinasi itu harus tercipta dengan baik agar hubungan antara perguruan tinggi yang secara struktural ada di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dengan BRIN yang juga mengurusi riset dan inovasi dapat terkoneksi dengan baik, karena akan berpengaruh pada upaya pemajuan riset dan inovasi Tanah Air.

Panut berharap tidak ada tumpang tindih dan alur komando yang tidak baik, karena pasti akan mempengaruhi hasil. “Harapan saya struktur organisasi itu betul-betul memberikan alur komando yang bagus dan tidak tumpang tindih,” tuturnya.

Sementara itu, Guru Besar UGM Yudi Utomo berharap melalui kepemimpinan Laksana Tri Handoko di BRIN, penelitian yang inovatif dan kreatif di bidang teknologi mendapat porsi yang layak di Tanah Air.

Menurut dia, tantangan yang harus diatasi BRIN ke depan untuk membawa ekosistem riset Tanah Air menjadi lebih maju, yakni memberikan kepercayaan yang tinggi kepada para peneliti yang kompeten di bidangnya, dan kemudahan birokrasi dalam anggaran penelitian.(ant)

Bangga Indonesia, Jakarta – Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono berharap Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong koordinasi baik untuk riset dan inovasi.

“Karena BRIN nanti lebih banyak ke operasional dan koordinasi dengan lembaga atau badan serta lembaga litbang (penelitian dan pengembangan) yang lain, harus segera menyusun sebuah program untuk membuat koordinasi yang baik, sehingga pelaksanaan penelitian dan inovasi, riset dan inovasi antar-kementerian menjadi lebih terarah, fokus dan dana-dana yang sebelumnya tersebar di berbagai kementerian,” kata Panut saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Pada 28 April 2021, Presiden RI Joko Widodo melantik Laksana Tri Handoko menjadi Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Laksana Tri Handoko sebelumnya merupakan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Selain memastikan koordinasi baik lintas lembaga penelitian dan pengembangan, Panut berharap BRIN akan memperoleh pendanaan yang besar, karena harus mendorong hasil riset sampai pada hilirisasi hingga produk riset bisa menjadi barang komersial dengan daya saing tinggi.

“BRIN itu lebih ke bagaimana mengkoordinasikan riset-riset yang ada di Indonesia itu nantinya sampai pada produk-produk yang terhilirkan, produk-produk komersial menjadi barang-barang yang bisa dipasarkan,” ujarnya.

Menurut Panut, pendanaan yang memadai adalah penting, karena BRIN merupakan suatu badan bukan kementerian, maka anggaran yang dimiliki tentu tidak sama dengan kementerian. Dana tersebut terkait sejauh mana bisa dialokasikan untuk mendukung keberhasilan riset.

“Jadi, riset itu berhasil kalau pendanaannya cukup dan tentu tidak hanya dananya, tapi organisasi pengelolaan juga sangat penting,” ujarnya.

Menurut Panut, harus ada harmonisasi yang baik antara BRIN dengan perguruan tinggi, karena bagaimanapun riset-riset yang biasanya berkelanjutan dan ide-ide baru yang berkembang ada di perguruan tinggi, karena sumber dayanya yakni mahasiswa selalu ada setiap tahun, termasuk mahasiswa S2 dan S3.

Oleh karena itu, harmonisasi dan koordinasi itu harus tercipta dengan baik agar hubungan antara perguruan tinggi yang secara struktural ada di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dengan BRIN yang juga mengurusi riset dan inovasi dapat terkoneksi dengan baik, karena akan berpengaruh pada upaya pemajuan riset dan inovasi Tanah Air.

Panut berharap tidak ada tumpang tindih dan alur komando yang tidak baik, karena pasti akan mempengaruhi hasil. “Harapan saya struktur organisasi itu betul-betul memberikan alur komando yang bagus dan tidak tumpang tindih,” tuturnya.

Sementara itu, Guru Besar UGM Yudi Utomo berharap melalui kepemimpinan Laksana Tri Handoko di BRIN, penelitian yang inovatif dan kreatif di bidang teknologi mendapat porsi yang layak di Tanah Air.

Menurut dia, tantangan yang harus diatasi BRIN ke depan untuk membawa ekosistem riset Tanah Air menjadi lebih maju, yakni memberikan kepercayaan yang tinggi kepada para peneliti yang kompeten di bidangnya, dan kemudahan birokrasi dalam anggaran penelitian.(ant)

Next Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent News