Bangga Indonesia, Jakarta – Tahun 2025 akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi pengusaha Indonesia, seiring dengan perubahan kebijakan ekonomi dari dua kekuatan besar dunia, Amerika Serikat dan China. Kebijakan-kebijakan ini diprediksi akan memiliki dampak signifikan terhadap aliran investasi global, termasuk Indonesia. Dalam konteks ini, pengusaha di Indonesia perlu menyusun strategi yang lebih cerdas dan adaptif. Tujuannya agar dapat bertahan dan berkembang di tengah dinamika ekonomi yang berkembang pesat.
Wakil Ketua Umum Bidang Analisis Kebijakan Makro-Mikro Kadin Indonesia, Aviliani, memberikan gambaran mengenai tantangan besar yang akan dihadapi Indonesia dalam beberapa tahun mendatang. Menurutnya, pada 2025, Amerika dan China akan meluncurkan kebijakan ekonomi yang tak hanya memengaruhi negara mereka. Akan tetapi juga memberikan dampak luas pada perekonomian global, termasuk Indonesia. Salah satu kebijakan yang akan diluncurkan adalah insentif investasi yang diperkirakan akan menarik perhatian banyak negara, termasuk Indonesia.
Menghadapi Persaingan Ketat dalam Menarik Investasi
Bagi Indonesia, tantangan utama di 2025 adalah bagaimana tetap menjadi tujuan investasi yang menarik. Walaupun di tengah-tengah daya tarik besar yang Amerika Serikat dan China tawarkan. Menurut Aviliani, penawaran kebijakan ekonomi dari kedua negara besar tersebut akan memperburuk persaingan dalam menarik aliran modal. Insentif yang diberikan oleh China dan Amerika dapat membuat negara-negara ini lebih menarik bagi investor global. Sehingga berpotensi mengalihkan sebagian besar investasinya dari Indonesia.
“Sebagai negara dengan ekonomi yang terus berkembang. Indonesia harus berjuang keras untuk mempertahankan daya tarik investasi, meskipun terdapat insentif luar biasa dari penawaran Amerika dan China. Ini adalah tantangan besar bagi pengusaha Indonesia,” kata Aviliani dalam acara Kadin Global & Economic Outlook 2025 yang diadakan di Menara Kadin, Jakarta.
Dampak Terhadap Nilai Tukar Rupiah dan Suku Bunga
Selain tantangan dalam menarik investasi, Indonesia juga harus mewaspadai potensi dampak kebijakan ekonomi global terhadap nilai tukar Rupiah. Aviliani memperingatkan bahwa apabila aliran investasi besar-besaran keluar dari Indonesia, nilai tukar Rupiah dapat tertekan. Hal tersebut berpotensi menyebabkan pelemahan lebih lanjut.
“Saat ini, nilai tukar Rupiah berada di kisaran Rp16.000, namun apabila investasi mulai meninggalkan Indonesia, nilai tukar bisa semakin tertekan,” jelasnya.
Tak hanya nilai tukar, suku bunga juga menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian pengusaha Indonesia. Meskipun ada kemungkinan suku bunga akan turun seiring dengan kebijakan dari Bank Indonesia dan The Fed. Namun pelemahan Rupiah bisa meningkatkan tekanan pada suku bunga domestik, yang pada gilirannya akan memengaruhi biaya pinjaman dan investasi.
Strategi Menghadapi Tantangan Pengusaha di 2025
Dalam menghadapi tantangan ini, para pengusaha di Indonesia harus mempersiapkan diri dengan strategi investasi yang matang dan adaptif. Aviliani mengingatkan pentingnya bagi pengusaha untuk bijak dalam merencanakan investasi, terutama di tengah suku bunga yang tinggi. Para pelaku usaha perlu menyusun langkah-langkah strategis untuk memastikan kelangsungan bisnis mereka, dengan tetap mempertimbangkan perubahan-perubahan besar yang akan terjadi pada tahun 2025.
“Pengusaha Indonesia harus pintar dalam merencanakan investasi dan strategi finansial mereka. Dengan suku bunga yang tinggi, mereka perlu menentukan langkah yang tepat agar bisnis mereka tetap bertumbuh, meski menghadapi ketidakpastian ekonomi global,” ungkap Aviliani.
Mempersiapkan Diri Menghadapi Tantangan Pengusaha di 2025
Dengan segala tantangan yang akan Indonesia hadapi pada 2025, terutama terkait dengan persaingan investasi dan fluktuasi ekonomi global, pengusaha harus semakin proaktif dalam menghadapi perubahan yang ada. Keberhasilan di tahun 2025 dan seterusnya akan sangat bergantung pada kemampuan para pengusaha dalam beradaptasi dengan kebijakan ekonomi yang terus berkembang dan menjaga daya saing Indonesia di pasar global.