BANGGA INDONESIA, Kota Batu – Aroma pelantikan pengurus DPP ACMI (Asosiasi CEO Mastermind Indonesia) 2021-2022 terasa penuh energi. Helmy Yahya selaku pembina mereka menitipkan pesan agar pengurus mampu menggapai “Tiga Go” di masa bhaktinya.
Hal itu disampaikan Helmy saat melantik dan membuka Rakernas I ACMI selama dua hari di Kota Batu, Jawa Timur. Dua agenda yang dilangsungkan Sabtu (16/10/22021) itu digelar sejak pagi hingga menjelang magrib di Panderman Ballroom Royal Orchid Garden Hotel & Condominium, Kota Batu, Sabtu (16/10/2021).
Setelah pelantikan atau pengukuhan pengurus dan Rakernas I, malam itu juga peserta melakukan kegiatan berikutnya ke Coban Rondo. Di sini mereka mengadakan ramah tama, gala dinner dan membuat api unggun.
Malam itu pula, mereka ada agenda penutupan Rakernas. Keesokan harinya, Minggu (17/10/2021) dilanjut untuk releksasi dengan kegiatan outbond dan amazing fun offroad journey. “Teman-teman yang tidak membawa mobil akan kami angkut secara bergantian menuju Coban Rondo.
Padatnya aktivitas mereka inilah membuat Helmy Yahya takjub. Pesan “Tiga Go” yang didengungkan bukan isapan jempol. Ia melihat kekompakan, ketulusan dan semangat pengurus untuk mengedepankan organisasi baru yang profesional ini sudah kelihatan dari rangkaian acara yang disusun.
Tentang “Tiga Go” yang dimaksud motivator kondang dan pengusaha nasional ini adalah: Go Internasional, Go Publik dan Go Triliuner. “Yang tidak boleh itu Go Block. Orang yang menutup diri. Menutup rejeki. Mencelakan orang lain itu Go Block,” tegas Helmy.
SEMANGAT KOLABORASI
Rakernas I bertajuk “Semangat Kolaborasi” diakui Helmy sebagai peristiwa yang langkah. “Kita telah mencatat sejarah. Kita harus memberitakan kemana-mana. Inilah yang harus dicontoh bangsa ini. Kita telah melupakan semua perbedaan, semua suku, semua agama, kita sudah berikrar,” tegasnya saat memberi sambutan.
Ia juga sangat mengapresiasi ACMI yang mampu mengadakan Rakernas I walau baru berdiri enam bulan. Terlebih lagi,”Ada sebuah organisasi membuat kegiatan ini cuma butuh waktu seminggu. Sponsornya penuh. Itu logonya penuh. Saya gak tahu apa bayar semua itu. saya gak tahu, ha ha.”
Helmy menyebut pengurus ACMI ada yang menyumbang makanan, ada yang mengirim pek empek. “Itu, Heksa (salah satu pengerus, Red.) jadi spondor utama. Tepuk tangan. Dia nyumbang 50 juta, tidak minta apa apa. Kita doakan rejekinya makin berlipat. Kita doakan rejekinya bertambah,” harapnya.
Ia juga mengingatkan agar pengurus kompak. Jangan sampai ada organisiasi pejuangan. Sebab, di Indonesia lagi ngetren, sebuah organisasi yang sudah lama pun, muncul organisasi tandingan.
“Jangan itu sampai terjadi. Amit-amit ada ACMI perjuangan. Jadi pengurus, temen-temen tolong dijaga ya. Kita patuh kepada pimpinan dan pimpinan juga harus mau menerima masukan. Terutama yang konstruktif. Mari kita buat organisasi ini organisasi yang egaliter,” pintanya.
Menurut dia, pimpinan harus terlihat. Bisa mengayomi dan turun ke bawah. “Saya percaya kita akan hebat. Ini sudah menggetarkan, apa yang sudah kita lakukan. Belum enam bulan terbentuk sudah melakukan rakernas. Di Malang lagi.”
Helmy juga mengapresiasi ACMI Jawa Timur yang dipimpin Raga. “Tadi malam kita juga dijamu luar biasa oleh adik kelas saya. Saya jadi bingung banyak adik kelas yang sekolah untuk menjadi pegawai negeri, kok sekarang banyak yang jadi pengusaha.”
Menurut dia keberadaan ACMI ini luar biasa. “Bisnisnya macam-macam. Mau apa aja ada. Mau kuliner, mau telemedicine, mau kontraktor, arsitektur, interior, mau perhotelan. Ada yang beli kapal, tapi tidak datang hari ini. Ada yang bisnis oleh-oleh, ada yang herbal, ada yang punya rumah sakit, ada yang punya air minum. Lengkap!”
Karena itu, lanjutnya, jika para pebisnis ini disatukan akan menjadi organisasi bisnis salah satu yang terbesar di Indonesia. “Karena itu, saya bilang mari jaga kekompakan. Mari kita komit, saling mengingatkan. Satu hal, jangan kita terbawa ke politik. Kita minta betul itu,” tegasnya.
HINDARI POLITIK
Sekali terbawa atau terjun politik tertentu, menurut Helmy, itu artinya kita sudah memilih. “Politik itu warna. Kita ke warna ini, warna itu. Banyak investor internasional alergi betul dengan bisnis yang ada kepentingan politik.”
Ia berharap bisnis apapun harus bersih dari politik. “Tapi kalau anggota ACMI mau berpolitik boleh. Mau jadi bupati kita dukung, mau jadi anggota DPR silahkan, tapi jangan menyeret organisasi,” tegasnya.
Sejauh ini, akui Helmy sudah banyak investor internaional yang menawari ACMI. “Saya percaya apa yang dikatakan bosman bahwa banyak negara yang melakukan money printing. Cina, Amerika, mereka cetak dolar. Sementara bisnis di sana kan mati di saat pandemi ini,” jelasnya.
Di Amerika, lanjut Helmy, beberapa perusahaan mati. Uang mereka banyak sekali. Namun kemana uang itu akan mengalir. “Salah satunya pasti ke Indonesia pasti. Cina atau Tiongkok mengalami kesulitan masalah energy. Sehingga beberapa investor di sana mau keluar.”
Kemana mereka akan investasi? “Masukin duit di bank? Waduh di Jepang bunganya negatif. Jadi kalau Anda orang kaya di Jepang, masukin tabungan atau deposito, kaya orang indonesia kebanyakan itu, bunganya bank di Jepang negatif,” jelasnya.
“Bukan lagi nol, tapi negatif,” imbuh Helmy. Belum lagi ada biaya untuk mengelola uang itu. Jadi kemana uang yang berlimpah tersebut, pasti salah satunya ke Indonesia. “Tujuan itu sebenarnya India, Vietnem, Meksiko. Indonesia itu secondtier. Kenapa?” tanya Helmy.
Indonesia, menurut dia, masih punya persoalan dengan perijinan. “Masya Allah perijinan di Indonesia itu. Temen-teman kalau membuat usaha, betapa sulitnya minta ijin. Betapa sulitnya!”
“Pak Jokowi sampai sebel banget,” sambungnya. “Kalau ada investor asing untuk minta ijin usaha energi, ijinnya itu ada dua ratus dua koper. Dua tahun belum tentu kelar. Saya tahu banyak UKM yang mati itu.”
“Orang minta ijin jual makanan atau minuman saja, pabriknya keburu tutup. Baru ijinnya keluar. Saya mendengar itu. Mari kita tetap optimis dan menyambut kedatangan dolar, renmimbi (uang rakyat), UERO. Mereka mencari kita,” jelas Hemly.
Ia menyebut dengan adanya asosiasi ini akan bisa membantu mereka untuk membuat aplikasi yang bisa mengekspor internasional. “Di sini (ACMI) ada pengurus yang jago untuk eksportir dan teman-teman yang lain yang jago di sini. Ada macam-macam, ada ahli IT,” ujarnya.
“Mari kita gabungkan,” pinta lagi. Ini adalah eranya kolaborasi. Jika mau cepat lompat harus kolaborasi. “Kolaborasilah dengan orang yang lebih hebat dari kita. Atau di bidang itu kita tidak jago,” tambahnya.
Jadi, harap Helmy, mari saling mendukung, saling memanfaatkan, saling mengoptimalkan. Bawa nama baik ACMI. “Jangan diseret-seret untuk hal-hal yang akan membuat ACMI makin sulit. Prospek kita saat ini luar biasa.” (aba)