SAUDARAKU. Jamak diketahui bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam. Ia berisi firman-firman Allah yang memuat aturan main dalam mengatur gerak kehidupan manusia di dunia.
Dengan berpedoman kepada Al-Qur’an, manusia akan selamat dalam hidupnya. Di dunia hingga akherat kelak.
Karena itu Saudaraku, mempelajari Al-Qur’an bagi umat Nabi Muhammad SAW merupakan keharusan. Pelajaran mana, diawali dengan mengenal lebih dulu huruf-huruf Hijaiyyah beserta tanda sandangnya (harokat).
Dilanjutkan membaca rangkaian huruf-huruf yang disusun sedemikian rupa, membentuk kalimat, sampai kemudian rangkaian ayat demi ayat.
Giliran selanjutnya adalah membaca Al-Qur’an, meskipun untuk ini tetap perlu adanya guru pembimbing yang menyimak bacaan, mengkoreksinya serta memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya berkaitan dengan bacaan di dalam Al-Qur’an, yang disebut TAHSIN.
Semua proses yang dilalui ini saudaraku, tidaklah berjalan sia-sia, tetapi Allah SWT memberikan reward berupa pahala yang besar. Satu huruf bernilai 10 kebajikan.
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَتَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ وَلٰكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ.
Man qoro-a harfan min kitabillahi falahu bihi hasanatun wal-hasanatu bi ‘asyri amtsal “Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-Qur’an) maka ia mendapatkan satu kebaikan dan satu kebaikan akan diganjar dengan 10 kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (H.R. Buchori)
Belum lagi jaminan yang diberikan oleh Sang Pemilik Kalam, yaitu berupa ketenangan batin dan ketentraman jiwa, bagi pembacanya.
Saudaraku. Pada rentang waktu 30-an tahun yang lalu, belajar membaca Al-Qur’an butuh waktu agak lama. Berbulan-bulan, bahkan tahunan. Berbeda dengan sekarang. Relatif singkat waktu.
Hal ini, setelah berbagai metode atau cara cepat telah ditemukan. Untuk sampai bisa membaca Al-Qur’an hanya butuh waktu beberapa hari saja, atau beberapa minggu (kalau belajarnya seminggu sekali).
Sebuah terobosan atau inovasi, yang tidak saja berlaku untuk anak-anak, tetapi juga untuk dewasa bahkan lansia (lanjut usia), yang belum bisa membacanya. Persoalannya sekarang, apakah inovasi yang dilakukan oleh pemerhati Al-Qur’an telah diketahui pula oleh kebanyakan umat Islam yang belum bisa membacanya?
Sayang sekali saudaraku, jika curahan anugerah Allah ini tidak dimanfaatkan oleh mereka yang mengakui Islam sebagai agamanya dan Al-Qur’an sebagai kitab sucinya. Namun kenyataannya, sampai hari ini ia belum mampu membacanya.
Padahal, di alam kubur nanti saudaraku, salah satu materi ujian atau soal, berupa pertanyaan, wa ma imamuka (siapa pemimpinmu) setelah pertanyaan man robbuka. Jawabannya adalah Al-Qur’an adalah pemimpinku (guidence).
Namun apakah pantas dan bisa si mayit menjawabnya demikian, sedangkan Al-Qur’an sendiri tidak bisa dibacanya.
Al-Qur’an, meskipun berbahasa Arab namun ia sebuah kitab yang mudah untuk dipelajari, tidak saja belajar membacanya –seperti di singgung di atas–, tetapi juga menghapal, bahkan sampai pada tingkatan untuk memahami maknanya (arti) pun mudah.
Karena Allah SWT sendiri, Pemilik Kalam, yang memberikan jaminan kemudahan ini, sebagaimana tersebut di dalam QS. Al-Qomar (54);
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْأَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ #
Walaqod yassarnal qur-ana lidz-dzikri fahal min muddakir
“Dan Sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Saudaraku. ayat di atas, tidak hanya sekali Allah SWT menyampaikannnya, tetapi berulang hingga empat kali. Yaitu di ayat 17, 22, 32, dan 40 pada surat yang sama.
Hal ini menunjukkan begitu pentingnya Al-Qur’an harus dipelajari oleh umat Nabi Muhammad SAW, sehingga Allah menggaransinya MUDAH, meskipun pelajar Al-Qur’an bukan orang arab.
Saudarku. Bisa jadi, jaminan (garansi) yang diberikan oleh Sang Pemilik Kalam ini, tidak diketahui oleh kebanyakan umat Nabi Muhammad SAW sehingga banyak pula dari mereka yang belum bisa membacanya.
Saudaraku. Berbagai usaha yang dilakukan oleh pemerhati Al-Qur’an untuk mengenalkan Al-Qur’an secara MUDAH, tidak lain agar umat Nabi Muhammad SAW bisa memperoleh kesempatan untuk mendapatkan kenikmatan ketika bisa melantunkan ayat-ayat suci-Nya.
Di waktu suka maupun duka, di saat senang ataupun susah. Sebuah kenikmatan yang tidakpernah didapatkan ketika membaca buku apa pun. Karena kenikmatan itu dirasakan di batin, dan yang memberinya adalah Allah SWT.
Wallahu a’lam bish-showab.
Achmad Syaichu Buchori, S.Ag.
• Pengasuh Madrasatul Qur’an Al-Anwar Manyar Sabrangan Surabaya
• Penyusun Kitab Maca Qur’an Sakmaknane “Metode HARFun”
• Ketua Majelis Alumni LPBA Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya