Bangga Indonesia. Surabaya – Budi Juhanis pulang dengan tenang. Kabar meninggalnya legenda Persebaya yang terkenal dengan tendangan bebasnya bak buah “pisang” (melengkung) ini diterima banggaindonesia.com dari pesan WhatsApp (WA) seorang teman H Iwan Syafie’i.
Info lewat japri WA tersebut terkirim pukul 07.23 WIB. Bunyinya: INNALILLAHI WA INNAILAHI ROJIUN. Kami sekeluarga turut berduka atas meninggalnya SAHABATKU. “BUDI JUHANES” PEMAIN PERSEBAYA dan PSSI.
Semoga amal ibadahnya diterima di sisihnya. Insha Allah husnul khotimah. Dosa dan kesalahannya diampuni Allah SWT. Keluarganya tabah dan sabar menerimanya.
Allahummagfirlahu Warhamhu Wa’afihi Wa’fuanhu. Aamiin.. Aamiin. Yarabbal Alamin. Salam Iwan Syafie & Keluarga. Alfatihah.
Kaji Iwan, begitu biasa banggaindonesia.com memanggil promotor sepak bola dan musik legendaris ini memanggil, ternyata belum puas mengirim kabar tersebut. Ia mengirimkan lagi berita resmi dari forward yang juga dibaca media ini di grup-grup WA lainnya.
Di Grup WA khusus para legenda sepak bola nasional, Rembuk Sepakbola Nasional, sang legenda pemain nasional Rahmad Darmawan memosting berita yang sama. Sumbernya dari legenda Persebaya yang juga mantan pemain nasional Maura Helly.
Tak lama kemudian berita duka ini merebak di semua Grup WA yang ada di handphone banggaindonesia.com. Namun karena takut Hoax, banggaindonesia.com mencoba menjapri legenda Persebaya lainnya yang juga mantan pemain nasional Haji Mustaqim.
Mantan striker “maut” yang masih aktif melatih Persebaya Liga 1 ini, membenarkan kabar tersebut. Ia bahkan menyebut semua legenda yang turut mengantar Persebaya tiga kali finalis Kompetisi Divisi Utama PSSI Perserikatan tahun 1980-an ini, akan hadir. Takziah berjamaah.
“Teman-teman akan kumpul di sekitar Yakaya sebelum duhur. Budi akan dimakamkan seusai sholat duhur,” sebut Cak Taqim, sapaan Mustaqim.
Rekan-rekan Mustaqim yakin Budi meninggal bukan karena Covid-19. Budi yang nama belakang sebenarnya Juhanis (bukan Yohanes) sudah lama terserang stroke.
Saat menghadiri pemakaman mantan pelatihnya Subodro tahun lepas, Budi masih tampak segar bugar, walau dengan kondisi berbicara terbata-bata (pelo) dengan salah tangannya keple (melemah).
Bahkan dia masih bisa bercanda dengan legenda sepak bola nasional Rully Nere, saat sama-sama takziah Subodro. Budi termasuk salah satu pemain senior yang supel dengan siapa pun. Termasuk kepada semua wartawan.
Ia wafat Rabu pagi (03/03) pukul 04.00. Dua kali Budi sempat ke rumah Pemimpin Redaksi banggaindonesia.com, Abdul Muis. Ia mengantar sendiri undangan pernikahan putrinya karena dia memang bersahabat dengan mantan wartawan Persebaya saat bekerja di Jawa Pos ini.
Di dua pernikahan putrinya beberapa tahun lalu itu, Budi masih kelihatan sehat wal alfiat. Ia mampu mendampingi si pengantin, kendati baru saja mengabarkan baru saja diserang stroke.
Mungkin karena suka berolahraga bersepeda pasca memperkuat sepak bola, Budi mampu bertahan hidup dengan kondisi stroke yang tidak terlalu parah. Masih lebih parah Rusdy Bahlwan, pelatihnya yang sudah mendahului karena terserang stroke berat.
Di kalangan Persebaya Budi adalah gelandang elegan terbaik. Tendangan pisangnya belum ada yang menandingi hingga kini. Ia spesialis tendangan bebas. Sering menghasilkan gol di titik mati itu.
Syamsul Arifin, striker andalan Persebaya yang dikenal dengan tandukan kepala emasnya, itu paling suka mendapat umpan silang Budi Juhanis. Bola melambung dari Budi, pasti masuk jika kena kepala Syamsul. Duet maut ini paling ditakuti lawan.
Karena itu, tak jarang jika mantan pemain PSSI Garuda yang pernah berguru di Negeri Samba Brazil ini, selalu menjadi incara lawan di lapangan tengah. Namun, Budi jarang bisa “dimatikan” lawan karena bodinya yang sintal dan kakinya yang kokoh.
Di era Persebaya 1980-an, Ia bersama sang kapten Nuryono Hariyadi, yang sudah meninggal duluan, adalah wakil dari klub Indonesia Muda yang masih bertahan. Budi dan Yoni, sapaan Nuryono Hariyadi benar-benar menjadi tulang punggung Persebaya ketika tiga kali tampil menjadi finalis Kompetisi Divisi Utama PSSI Perserikatan.
Finalis pertama bersama kipper I Gusti Putu Yasa, Subangkit, Usman Hadi, Rae Bawa (sudah meninggal), Muharom Rusdiana, Aries Sainyakit, Yongki Kastanya, Seger Sutrisno, Syamsul Arifin dan Mustaqim, serta pemain cadangan lainnya, Persebaya menjadi runner up.
Kalah dari PSIS Semarang karena gol tunggal Ribut Waidi pada kompetisi tahun 1986-1987. Di kompetisi berikutnya, 1987-1988, tim Persebaya yang dikenal dengan The Dream Team itu berhasil menjadi juara mengalahkan Persija Jakarta di final.
Kompetisi berikutnya, Budi Johanis dan kawan-kawan kembali mengajak Bonek bertret-tet ke Stadion Utama Senayan (belum GBK) untuk tampil di final. Sayang gelar Persebaya copot, karena ditebas Persib Bandung. (aba)
Comments 2