Bangga Indonesia, Yogyakarta – Deretan stan makanan memadati bahu Jalan Jogokariyan. Meski sedang pandemi, suasana puasa di kawasan yang terkenal dengan kas masjid 0 rupiah ini tetap semarak.
Pasar sore Kampoeng Ramadhan Jogokariyan (KRJ) tetap ramai didatangi. Aktivitas berbagi menu buka di Masjid Jogokariyan pun diselenggarakan—menjadi daya tarik pengunjung untuk lebih merasakan suasana berpuasa.
Tetapi, berbeda dari perhelatan puasa tiap tahunnya, Kampoeng Ramadhan Jogokariyan (KRJ) tahun ini mengurangi jumlah pedagang. Untuk meminimalisir penyebaran virus corona, jarak tempat berjualan antar pedagang pun dibatasi minimal 2 meter.
Melalui speaker Masjid Jogokariyan, panitia terus mengingatkan pengunjung dan pedagang untuk mematuhi protokol kesehatan. Terutama agar selalu menggunakan masker dan handsanitizer yang telah disediakan.
Annisa Suryantari salah seorang pengunjung KRJ menjelaskan bahwa dibandingkan tahun lalu, tahun ini pengunjung KRJ lebih banyak dan protokol kesehatan lebih ketat diterapkan.
“Tiap sore sepulang kerja saya mampir kesini (kampoeng ramadhan jogokariyan). Tahun lalu juga gitu. Tapi kalau sekarang suasananya beda, panitia sering keliling buat memastikan pengunjung dan pedagang pake masker,” kata perempuan yang berprofesi sebagai video editor itu.
Semakin sore, pengunjung mulai berdatangan memadati KRJ. Pedagang pun nampak sibuk melayani dan mempersiapkan dagangannya.

Untuk tetap memberikan rasa aman satu sama lain, tahun ini setiap pedagang takjil KRJ wajib mengikuti tes GeNose yang diselenggarakan di Masjid Jogokariyan. Rencananya, tes tersebut akan rutin diselenggarakan setiap minggu.
KRJ tak ubahnya seperti tempat ikonik di Yogyakarta yang wajib dikunjungi saat ramadhan tiba. Maka, tak heran bila pengunjungnya berjubel, terutama ketika mendekati waktu berbuka.
Penulis: Asy Syaffa Nada