Traditional Market vs Online Shop
(Dilema di tengah pandemi Covid-19)
Oleh : Ferry W. Arladin
Dunia ini sedang sakit, itulah kata yang mungkin terlintas di benak kita semua menyikapi pandemi covid-19 atau virus corona yang tak kunjung reda. Banyak hal disekitar kita yang berubah akibat covid-19, rutinitas normal yang setiap hari kita jalani kemudian menjadi suatu ketidaknormalan.
Jalan raya yang biasanya ramai sekarang menjadi sepi karena kebijakan lockdown, pusat perbelanjaan pun demikian, terlebih sekarang semua dikerjakan dari rumah. Alhasil, ada implikasi dikotomis yang menyertai pandemi ini. Yaah…. tentu di satu pihak ada kelompok masyarakat yang sangat dirugikan dan di lain pihak ada kelompok yang memperoleh keuntungan. Kreatifitas dan tidaknya seseorang kemudian menjadi kunci yang menentukan.
Nampaknya mereka yang dirugikan adalah kelompok yang (mungkin) berada di bidang yang memang sangat rentan, seperti para pedagang di pasar tradisional. Sedangkan mereka yang diuntungkan adalah kelompok yang (mungkin) lebih kreatif dalam menyikapi pandemi ini, semisal para penjual online dengan segala macam bentuk produk baru.
Jelas bahwa penghasilan para pedagang d pasar tradisional mengalami penurunan drastis, wajar memang karena setiap orang menjadi takut untuk keluar rumah, apalagi belanja di pasar. Lantas cara bagaimana agar pemasukan kelompok ini tidak sampai nol? Apakah mereka harus terus bertahan di kios-kios tanpa pembeli?
Sulitnya perekonomian kelompok pasar tradisional justru berbanding terbalik atau bahkan tidak terjadi pada kelompok penjual online. Larangan keluar rumah justru menjadi berkah bagi mereka yang menggeluti dunia online shop. Apa yang terjadi…? Jelas kebanjiran order. Para penjual masker, produk makanan, hand sanitizer, pakaian, mengalami lonjakan pendapatan yang luar biasa berkat ekspansinya di ranah digital. Hal ini tidak mengherankan, akibat lockdown diberlakukan, orang akan kesulitan mencukupi kebutuhan. Berbelanja online kemudian menjadi alternatif yang paling mudah, terlebih adanya jasa para ojol yang tergabung dalam aplikasi semacam grab ataupun gojek.
Pertanyaannya kemudian, sampai kapan pandemi covid-19 ini akan berakhir? Bagaimana nasib para pedagang tradisional kedepannya? Mungkin terlintas dibenak kita, bahwa para pedagang tradisional bisa berganti haluan ke ranah digital market agar produk mereka tetap terjual. Namun ini bukan perkara mudah, terlebih untuk mereka yang tidak melek teknologi.
Kreatifitas sekali lagi adalah kunci untuk menyikapi panjangnya masa pandemi covid-19. Segala sesuatunya harus disajikan dari rumah, sehingga bermunculan aktivitas serba online, seperti pembelajaran daring, seminar online, kajian agama online, pelatihan online, lalu muncul istilah baru “work from home“. Oleh karena itu, agar dunia luar itu dapat kita olah dari dalam rumah, maka perlu ide-ide kreatif agar aktivitas kita tetap berjalan (seperti) normal. Tak terkecuali aktivitas perdagangan yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka, bisa sekiranya memanfaatkan teknologi yang cukup sederhana, yaitu transaksi melalui aplikasi WhatsApp untuk memesan ataupun memasarkan produk.
Semoga sisi dilematis bagi para pengusaha kecil bisa segera teratasi, baik itu berpikir kreatif untuk mengubah aktivitas perdagangan dari tradisional menuju online maupun merumuskan cara lain agar tetap bisa bertahan dengan kondisi yang sekarang. Lebih penting dari itu adalah harapan agar pandemi covid-19 ini segera berakhir dan kehidupan dunia menjadi normal seperti sediakala.
#90HariMenulisBuku
#InspirasiIndonesiaMenulis